Petugas BNN | Foto: Tempo |
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Pol Budi Waseso, menyatakan siap menembak mati pengedar narkoba karena merusak dan mengancam masa depan negara.
"Kami tidak ngawur, karena tindakan tegas itu juga terukur, sebab akan kami lakukan pada pengedar yang kami sudah punya data pelanggaran hukumnya. Kalau sudah begini masih direhabilitasi justru kita yang kalah, karena mereka pasti cari mangsa lagi," kata Budi Waseso di acara 'Ngopi Bareng Buwas-Pimred Media' di Surabaya, Jawa Timur. Demikian dikutip dari Antara, Kamis (27/10).
Acara itu juga dihadiri Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji, Wagub Jatim H Saifullah Yusuf, Kasdam V/Brawijaya, Kasarmatim, Kasgartap, dan Ketua PWI Jatim Akhmad Munir.
Ditambahkannya, tindakan itu tak akan melanggar hukum dan HAM. "Pernyataan Presiden bahwa Indonesia berstatus darurat narkoba itu sudah di atas UU, bahkan Presiden menyatakan perang pada narkona. Selain itu juga ada Perkap (Peraturan Kapolri). Tindakan mereka yang merusak jutaan generasi muda itu justru lebih melanggar HAM," katanya.
Mewujudkan wacana itu, katanya, telah disiapkan tim khusus yang akan bertindak tegas pada pengedar narkoba. "Kami tinggal menunggu senjata standar yang kami pesan dan akan datang pada November," katanya.
Hal lainnya yang dilakukan mempersempit peredaran narkoba di Tanah Air, dengan melatih 50 ekor K-9 (anjing pelacak) khusus narkoba. Waseso mengaku khusus terbang ke Belanda atas perintah Presiden Jokowi untuk belajar khusus teknik menciptakan anjing pelacak khusus narkoba.
"Lima puluh ekor k-nine itu sudah kami latih dalam enam bulan dan daya endus dan lacaknya sudah teruji. Dan, BNN sudah bekerja sama dengan komunitas pencinta anjing. Jadi, kami serius memerangi narkoba karena pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai 5,9 juta orang," katanya.
Apalagi, para bandar sudah menciptakan "Operasi Regenerasi Pasar Narkoba" yang menyasar anak-anak TK, SD, dan SMP melalui jajanan anak-anak sekolah yang membuat ketagihan. "Mereka lakukan itu, karena 5,9 juta pengguna sudah tinggal menunggu waktu saja untuk sekarat dan mati," katanya.
Saat ini, katanya, tercatat 40-an orang per hari yang meninggal dunia akibat menjadi pengguna narkoba yang menggerogoti sistem metabolisme pada organ tubuh mereka, sedangkan bandar besar yang diuntungkan umumnya ada di luar negeri.
"Omzet jaringan narkoba itu sudah mencapai Rp 3,6 triliun dalam setahun, namun tahun lalu tercatat Rp 2,7 triliun yang aliran dananya keluar dari Indonesia dengan menyebar pada 11 negara dan angka terbanyak mengalir ke China," katanya.
Namun, ia mengaku sudah putus asa, karena pihak luar negeri sulit diajak kerja sama dalam pemberantasan narkoba, termasuk negeri jiran, seperti Singapura dan Malaysia. "Untuk itu akan kami berantas dengan cara-cara yang sudah kami pelajari dari berbagai negara," katanya.
Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji mengakui kendala paling berat dalam penegakan hukum untuk kasus narkoba adalah melawan 'musuh' dari dalam.
"Kalau musuh di luar itu gampang mengatasi, tapi kalau 'musuh' itu ada di dalam itulah yang paling sulit, karena setiap tindakan kita bisa bocor kepada musuh di luar, sehingga penegakan hukum pun bisa berantakan (gagal). Mereka juga layak ditembak mati, karena merusak citra Polri," kata Anton. (sumber: merdeka.com)