KaliandaNews.com, Lampung - Pemadaman bergilir yang “rajin” dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) di wilayah Lampung telah menjadi menu rutin sehari-hari warga Lampung. Hari ke hari bulan ke bulan bahkan tahun ke tahun permasalahan listrik di Lampung tak pernah ada kata selesai, ada apa?
Usut punya usut, ternyata yang menyebabkan Lampung krisis listrik yang tak berkesudahaan tersebut adalah bukan semata-mata karena kinerja SDM PLN buruk atau terjadi gangguan instalasi semata, tapi lebih disebabkan karena Lampung memang kekurangan pasokan listrik, sehingga pada saat beban puncak, listrik di Lampung sudah dipastikan akan kolap karena terjadi defisit.
Untuk mengatasi hal ini, sebenarnya PT PLN (Persero) sejak 2007 PLN telah berupaya untuk membangun sistem interkoneksi kelistrikan antara Sumatera Selatan dengan Provinsi Lampung. Namun terkendala pembebasan lahan, dimana lahan tersebut akan di gunakan PLN untuk pembangunan menara transmisi penghubung aliran listrik dari Sumsel ke Lampung sepanjang 58,9 kilometer sirkit (kms).
Manajer Senior Public Relation PLN, Agung Murdifi mengaku perseroan masih mengalami kesulitan untuk melakukan penyelesaian pembangunan menara transmisi. Hal ini disebabkan karena belum adanya kerelaan pemilik lahan untuk membebaskan lahannya demi pembangunan menara transmisi tersebut.
Agung menjelaskan, PLN telah berencana untuk menghubungkan sistem kelistrikan antara Sumsel dengan Lampung melalui jaringan transmisi 150 kilo Volt (kV) Seputih Banyak-Menggala yang dibangun di Provinsi Lampung. Sesuai perhitungan awal, pembangunan sistem interkoneksi Sumsel-Lampung itu memerlukan 179 menara yang harus terhubung dari Menggala ke Seputih Banyak.
Sampai saat ini PLN baru berhasil mendirikan 90 menara dan pengerjaan pembangunan ini terpaksa berhenti sementara waktu karena PLN belum berhasil membebaskan tanah yang dimiliki oleh beberapa perusahaan perkebunan.
"Terus terang penyelesaian transmisi ini sangat tergantung dengan pembebasan lahan yang melintas di dua perusahaan tersebut, kami sudah setengah jalan dalam penyelesaian menara transmisi untuk sistem kelistrikan Sumsel-Lampung," ungkap Agung seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, Jumat (4/3/2016) yang lalu.
Menurutnya, jika nantinya semua menara transmisi bisa berdiri dan tersambung, pemadaman di Lampung akan minim bahkan tidak terjadi lagi. Hal itu diyakininya karena penyelesaian menara ini merupakan proyek yang sangat darurat karena untuk memenuhi pasokan listrik di Lampung.
Agung menambahkan, dengan adanya bantuan Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Infrastruktur Kelistrikan dapat membantu menyelesaikan masalah ini.
"Kami sangat berharap adanya bantuan pihak terkait melalui perpres No 4 tahun 2016 tentang Percepatan Infrastruktur Kelistrikan (PIK) untuk dapat menyelesaikan masalah pembebasan lahan ini. Kami juga berharap adanya kerjasama dari pihak perusahaan untuk merelakan lahan mereka, hal ini demi terangnya Provinsi Lampung," tutup Agung.
Sekadar informasi, saat ini sistem kelistrikan di Sumsel mengalami surplus atau kelebihan pasokan, pasokan listrik yang tersedia untuk wilayah Sumsel mencapai 1.150 MW sementara beban puncak Sumsel hanya 714 MW artinya ada kelebihan daya sebesar 436 MW.
Kelebihan pasokan inilah yang diharapkan bisa segera tersalurkan jika system interkoneksi Sumsel-Lampung bisa selesai. Hal ini untuk menutup defisit daya yang terjadi di Lampung yang mencapai 130 MW. (Editor: kld | sumber: MetroTVNews)