Keluarga Sehat tanpa Narkoba | BNN RI |
KaliandaNews.com - Bila ada keluarga, saudara dan tetangga yang menjadi pengguna Narkoba, jangan dijauhi atau dikucilkan, segeralah obati dan jangan panik. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diketahui oleh keluarga yang memiliki pecandu narkoba didalamnya:
1. Bernegosiasi dengan pecandu atau secara paksa membawanya ke rehabilitasi narkoba/IPWL.
Ada pecandu yang bersedia secara sukarela mengikuti program pemulihan di rehabilitasi narkoba, namun lebih banyak pecandu yang menolak untuk terisolir di sebuah rehabilitasi. Kehidupan di rehabilitasi narkoba merupakan penderitaan bagi mereka yang masih berada dalam tahap kecanduan, terutama saat melewati kondisi putus zat/sakaw. Namun keluarga harus memahami bahwa ini merupakan langkah yang tepat bagi kehidupan pecandu selanjutnya meskipun harus dilakukan dengan cara paksa.
2. Memperbaiki komunikasi dan interaksi dalam keluarga.
Tidak semua pecandu narkoba datang dari keluarga yang broken home. Ada pula pecandu narkoba yang datang dari keluarga harmonis. Narkoba dapat menjadi masalah bagi siapapun tanpa memandang latar belakang keluarga, tetapi komunikasi dan interaksi yang buruk dalam suatu keluarga membuat tendensi untuk jatuh dalam penyalahgunaan narkoba menjadi semakin besar. Orangtua akan memiliki akses untuk dapat memberikan masukan dan menjadi teman berbagi apabila komunikasi yang terjalin dengan anak telah berjalan dengan baik.
Jika komunikasi terhambat, maka orangtua akan sulit untuk masuk ke dalam kehidupan anaknya, mengawasi apa saja yang dilakukan anaknya, dan akan menciptakan adanya jarak emosional diantara keduanya. Ini membuat anak merasa terasing di rumah atau di keluarganya sendiri dan mencari perasaan nyaman di luar rumah, yaitu teman-teman sebayanya. Masalah akan muncul apabila teman-teman yang merangkulnya adalah teman-teman yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.
3. Tetaplah bersatu sebagai satu keluarga dan tidak terbagi menjadi kubu-kubu yang berseteru.
Biasanya ketika terdapat seorang pecandu narkoba dalam suatu keluarga, maka akan tercipta kubu-kubu di dalamnya, yaitu kubu yang membela pecandu narkoba dan kubu yang tampil seolah-olah menjadi ‘musuh’ bagi pecandu narkoba. Pihak yang membela pecandu biasanya adalah ibu atau saudara perempuan, sedangkan pihak yang berkonflik dengan pecandu biasanya adalah ayah atau saudara laki-laki.
Terpecahnya satu keluarga menjadi dua kubu ini membuat konflik bertambah luas dan hubungan di dalam keluarga menjadi semakin buruk. Pertengkaran ataupun perceraian terkadang juga menyertai kondisi tersebut. Sadarilah akan adanya kemungkinan ini dan tetaplah fokus pada permasalahan ketergantungan narkoba pecandu. Semakin kompak suatu keluarga dalam merespon perilaku pecandu, maka semakin kondusif keadaan dan semakin besar dukungan yang dapat diberikan kepada pecandu untuk melepaskan diri dari jeratan narkoba.
4. Tetap berpartisipasi dan menyadari bahwa keluarga merupakan salah satu aset utama dalam pemulihan pecandu narkoba.
Banyak keluarga dari pecandu narkoba yang menyerahkan pecandu ke rehabilitasi narkoba kemudian seolah-olah ‘lepas tangan’ terhadap permasalahan narkoba pecandu tersebut. Mereka lupa bahwa ketergantungan narkoba bukan semata-mata masalah fisik dimana pecandu narkoba yang telah menjalani program detoksifikasi/rehabilitasi selama beberapa bulan kemudian akan kembali ke kehidupan sebelum menyalahgunakan narkoba dan segalanya akan baik-baik saja. Tidak semudah dan sesederhana itu.
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa di Indonesia, 90% pecandu narkoba kembali menggunakan narkoba meskipun telah menjalani pemulihan di rehabilitasi. Karena narkoba merusak berbagai aspek dalam diri pecandu yaitu aspek fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual, maka banyak hal yang harus dipersiapkan oleh seorang pecandu yang telah menyelesaikan program pemulihan untuk dapat kembali ke lingkungan. Dukungan dari lingkungan, terutama dari keluarga menjadi salah satu sumber kekuatan bagi pecandu untuk dapat meneruskan hidupnya lepas dari narkoba. Keluarga dapat turut serta membangkitkan kembali semangat, kepercayaan diri, dan harapan dalam diri pecandu yang sedang dalam masa pemulihan.
5. Tidak putus asa dan cinta yang tulus (Tough Love).
Berbagai permasalahan pelik yang dihadapi oleh keluarga pecandu narkoba dapat menimbulkan perasaan lelah, depresi, frustasi atau putus asa. Keluarga dapat mengikuti pertemuan after care dimana sesama keluarga pecandu dapat saling bertemu dan berbagi cerita dan saling memberi semangat serta masukan.
Namun kesibukan atau perasaan malu untuk memproklamirkan bahwa ia adalah orangtua atau saudara dari pecandu narkoba membuat banyak keluarga kurang aktif untuk terlibat dalam kegiatan seperti itu. Padahal kegiatan tersebut justru dapat menjadi sarana mengekspresikan berbagai emosi negatif dan melepaskan beban emosional yang selama ini tersimpan. Keluarga juga harus belajar untuk menunjukkan tough love kepada pecandu narkoba dengan mampu untuk bersikap tegas dan tidak ikut terbawa atau terombang-ambing dalam pola yang dibentuk oleh pecandu narkoba.
Pola seperti apakah itu? Orangtua yang tidak mampu menunjukkan tough love cenderung akan membiarkan dirinya dan kehidupannya ikut menjadi berantakan karena perilaku pecandu. Mereka ikut menjadi pembohong untuk melindungi pecandu atau tidak dapat mengurus dirinya sendiri karena terlalu menghabiskan waktu mengurusi pecandu narkoba. Hal itu akan berdampak semakin buruk baik bagi pecandu narkoba maupun bagi keluarga itu sendiri.
Keluarga merupakan suatu sistem dimana anggota keluarga di dalamnya saling terkait satu dengan lainnya. Ketika salah satu orang di dalamnya terluka, maka semua akan turut merasakan luka tersebut. Begitu pula yang terjadi dalam keluarga seorang pecandu narkoba.
#StopNarkoba (Sumber : jauhinarkoba.com | editor: Ryd )