Foto : KN |
Begitulah kata yang terucap dari mulut Wardoyo (55) seorang penyedia jasa sewa ban di Pantai Batu Ramai Ketang, Kalianda, Lampung Selatan. Dia mulai menyewakan ban, saat akhir pekan dan hari libur panjang.
Berawal dari 4 tahun lalu, pria yang tinggal di daerah sekitar, melihat anak-anak yang sedang berenang di pantai. Sesaat anak-anak tersebut berteriak meminta ban ke orang tuanya, saat itulah timbul ide Wardoyo untuk memulai usaha penyewaan ban.
Dengan modal pas-pasan, pria paruh baya ini membeli beberapa buah ban plastik dari pedagang di pasar dan mendirikan sebuah gubuk kecil sebagai atap berteduh. Sedikit demi sedikit, ia mengumpulkan uang dari hasil penyewaan ban yang disewakan dengan biaya Rp.5 ribu sampai Rp.10 ribu untuk membeli ban yang baru.
Penghasilan yang tidak menentu, tak menyurutkan niat untuk terus melanjutkan usahanya. Terkadang Wardoyo harus masuk ke dalam air, hanya untuk mengambil ban yang ditinggalkan oleh penyewanya. Tidak lupa ia juga mengingatkan pengunjung untuk tidak berenang di tempat yang berbahaya.
"Kadang hari biasa sabtu minggu itu gak dapet apa-apa, cuma bawa pulang angin aja. Tapi kalau hari libur panjang misalkan libur sekolah, sehari bisa dapat Rp.100 ribu," ucap pria beranak dua ini kepada Kaliandanews.com, Jumat (30/12), Sore.
Setiap pagi saat akhir pekan, biasanya Wardoyo membawa ban dan menaruhnya di gubuk kecil yang ia dirikan. Bersama sang istri, ia juga membersihkan pinggiran pantai dari sampah-sampah yang berserakan. Saat senja terbenam Wardoyo bersiap-siap untuk pulang ke rumah dan menunaikan ibadah.
Pria kelahiran OKU (Ogan Komering Ulur) Sumatera Selatan ini, kesehariannya ialah seorang petani yang menggarap lahan milik orang lain. Ia menanam padi dan terkadang menanam sayuran jika musim tak menentu.
Disela kesibukannya itu, Wardoyo tetap mempunyai tanggung jawab sebagai seorang ayah dengan mengantar dan menjemput ke dua anaknya yang bersekolah di salah satu SMA dan SMP di Kalianda.
"Berapapun penghasilannya, tetap harus kita syukuri. Karena rezeki sudah diatur gusti Allah. Jadi jangan pernah mengeluh dengan keadaan yang kita hadapi," katanya.
Tak banyak harapan Wardoyo, ia hanya ingin ke dua anaknya tetap melanjutkan sekolah sampai ke jenjang Perguruan Tinggi dan membuat bangga dirinya. (yb)